Korindo Bangun Wilayah Tepian untuk Jadi Terasnya Indonesia

Membuat usaha berbasiskan lingkungan, bukan suatu hal yang gampang. Apa lagi bila dibuat di daerah tepian yang infrastrukturnya belum mencukupi. Tetapi, di lain sisi ada keperluan untuk pemerintahan dan warga untuk membuat wilayah tepian yang sekarang ingin dijadikan berandanya negara Republik Indonesia.

Kementerian Dusun, Pembangunan Wilayah Ketinggalan, dan Transmigrasi (Kemendes PDT) sudah membuat beberapa program dan peraturan untuk pembangunan wilayah tepian. Citra daerah tepian jangan dipandang seperti dapur, tetapi sebagai teras atau teras untuk negara. Sebagai wilayah paling depan untuk rumah kita yang berperan menyongsong tamu.

Salah satunya program pemerintahan dengan ajak aktor usaha untuk melakukan investasi di wilayah tepian. Dengan bertambahnya investasi karena itu diharap searah dengan pembangunan wilayah itu.

Korindo menjadi satu diantara contoh sukses dalam membuat investasi aman di wilayah tepian, yaitu di Boven Digoel dan Merauke, Papua. Walau masih kurang infrastruktur, Korindo sukses membuat usaha dan memberi kontributor yang lumayan besar untuk pemda dan warga sekitaran.

Teritori Papua, sebagai salah satunya wilayah sebagai bintang dalam peningkatan industri kehutanan karena rentang alamnya yang luas, subur, dan umumnya belum juga digunakan dengan optimal. Industri kehutanan jadi penyumbang paling besar untuk Penghasilan Asli Wilayah (PAD) Propinsi Papua, selainnya industri pertambangan. Papua sebagai teritori dengan kebudayaan yang masih orisinal sebagai salah satunya kekayaan budaya nusantara.

“Waktu itu infrastruktur masih kurang dan nyaris tidak ada akses. Tidak ada investor yang ingin melakukan investasi di situ, kemungkinan cuma kami saja,” tutur Kim Hoon, Direktur Korindo. “Walau demikian kami dapat mengalami perkembangan secara baik dan jadi faksi pertama kali yang berperan dalam pembangunan jalan Trans-Papua.”

Untuk tersebut, Korindo sudah meningkatkan ide industri yang ramah lingkungan lewat pembangunan sektor kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Lewat pembangunan industri itu Korindo berperan mempernyerap tenaga kerja khususnya di Papua yang sudah mempernyerap 10.000 tenaga kerja.

Konstribusi lain berbentuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan ekonomi berbentuk PAD, khusus untuk kabupaten Merauke dan Boven Digoel berperan capai ±60%. Korindo memberikan dukungan dengan membangun sarana pengajaran dan klinis. Sarana klinis itu ialah salah satu sarana klinis di Asyikie dengan memberi servis dengan gratis.

Korindo sebagai perusahaan Indonesia yang berdiri semenjak tahun 1969, dengan konsentrasi awalannya ialah usaha kehutanan atau dahulu disebut HPH, tahun 1979 korindo mengawali Industri kayu lapis, keputusan itu ialah keputusan yang paling pas karena di tahun 1983 Indonesia mulai untuk hentikan export kayu bundar.

Seterusnya di tahun 1984, Korindo membuat industri kertas daur ulangi untuk penuhi konsumsi dalam negeri yang di saat itu tetap 100% import. Keputusan itu menurut Kim, benar-benar berarti hingga turunkan harga kertas nasional.

Di tahun 1993, Korindo mengawali usaha HTI di Kalimantan tengah yang pada waktu itu berdasar keinginan dari pemerintahan pusat. Korindo selanjutnya disuruh untuk menolong pembangunan Papua dengan membuat industri kayu lapis. Seterusnya di tahun 1995, Korindo mengawali pembangunan industri kelapa sawit. Di tahun 2013, Korindo membuat industri pemrosesan kayu terintegrasi. Paling akhir, pada 2016, Korindo mengawali pembangunan project eksperimen penanaman padi di Merauke untuk menolong program pemerintahan capai swasembada pangan.

“Korindo ialah perusahaan yang patuh ketentuan. Korindo mempunyai loyalitas yang bagus untuk Papua dan jadi salah satu perusahaan yang ingin melakukan investasi di wilayah tepian sekitaran sini,” ungkapkan Kepala BKPM Provinsi Papua, John Way.

Sumber: https://www.kompas.com/tag/Korindo